[ONESHOT] Love Song

Judul: Love Song
Author: Takoparfait
Genre: Romance, Drama
Summary: ‘I love you like a love song baby!’

Kisah ini saya dedikasikan untuk sahabat saya Difa Nisrina yang sedang berulangtahun yang ke… 14? 15? SELAMAT ULANG TAHUN DIPOOOONG(?) SEMOGA PANJANG UMUR, SEHAT SELALU, DAN MAKIN DISAYANG SAMA DOI TEMAN-TEMAN!!! ♥♥♥

No Plagiat, ya! Yang plagiat… um… karena Takopa lagi seneng, doainnya yang baik-baik deh! Yang plagiat Takopa doain gak plagiat, dan dapet idenya sendiri! Gak pake ngelirik punya orang lain!

Selamat Membaca!

Gadis itu memutar tubuhnya lalu menggerakkan tangannya dengan lincah. Sepatunya berdecit bergesekan dengan lantai kayu tempatnya berlatih. Dia bergerak ke kanan dan kiri dengan lincah mengikuti alunan lagu berirama cepat. Sesekali bibirnya bergerak mengikuti lirik lagu. Peluh membasahi dahinya. Rambutnya yang hitam terkuncir berkibar setiap dia berputar. Kemudian, lagu itupun selesai. Gadis itu memberikan pose finishing tepat ketika lagu itu berhenti. Kemudian terdengar suara tepuk tangan menggema di ruang latihan itu.

“Hebat! Kamu selalu keren pas nge-dance Dif!” Sorak seorang pemuda yang ternyata sejak tadi duduk di kursi yang ada di ruang latihan itu. Difa, gadis itu, mengernyitkan dahinya bingung. Untuk apa pemuda itu datang ke tempat latihannya?

“Ngapain lu di sini, Kai?” Tanya Difa dengan dingin. Tangannya meraih handuk yang ditaruhnya di atas meja tempatnya meletakkan laptop. Ditatapnya pemuda itu dengan tajam. Kai, pemuda itu mengangkat alisnya kaget. Gadisnya ini masih marah dengannya rupanya.

“Kamu masih marah soal kemaren?” Gadis ini memang berbahaya jika marah. Bisa kandas hubungan mereka kalau Kai tidak menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi.

“Menurut lo?” Tanya Difa sambil berbalik memunggungi Kai. Tangannya disilangkan di depan dadanya. Diliriknya pemuda itu lewat sudut matanya. Kai hanya bisa menggaruk tengkuknya kikuk.

“Makanya, aku ke sini mau ngejelasin semuanya,” ungkap pemuda itu sambil berjalan mendekati Difa. Sontak Difa berbalik dan memandang Kai dengan pandangan marah.

“Gaada yang perlu dijelasin,” desis Difa marah. Kai mendengus melihat kekasihnya yang keras kepala. Melihat Difa yang ngambek seperti ini, Kai hanya bisa tersenyum geli.

“Tapi kayaknya kamu salah paham soal sesuatu deh,” kata Kai pelan. Diam-diam tangannya mengganti lagu yang akan disetel berikutnya oleh laptop Difa.

Kai hafal betul gadisnya itu. Dia pasti menyimpan paling tidak satu lagu romantis. Benar saja, kurang dari semenit kemudian, sebuah lagu berirama lambat sudah mengalun di ruang latihan dance itu. Kai merapikan dasi sekolahnya dan mengancingkan blazernya dengan rapi. Difa yang bingung membalikkan tubuhnya meminta penjelasan. Kai langsung membungkuk sambil mengulurkan tangannya.

“May I?” Tanya Kai dengan sopan. Pemuda bertubuh tegap itu tersenyum jenaka sambil memandang tepat ke manik mata Difa. Pipi gadis itu langsung memerah. Dengan malu-malu diraihnya tangan Kai. Seketika tubuhnya ditarik dan didekap erat oleh pemuda yang lebih tinggi darinya itu.

“Difa, kenapa kamu ngambek? Aku galau tau,” goda Kai sambil bergerak pelan ke kanan dan ke kiri. Difa memajukan bibirnya kesal. Kai yang melihatnya mencuri kesempatan. Dikecupnya bibir Difa dengan cepat. Wajah gadis itu langsung semerah kepiting rebus. Disembunyikannya wajahnya ke dada bidang Kai.

“Gombal!” Gerutunya pelan sambil mempererat pelukannya. Pemuda bersurai coklat itu hanya tertawa mendengar gerutuan kekasihnya. Tapi kemudian wajahnya berubah serius.

“Kenapa kamu ngambek sama aku? Ayo cerita,” kata Kai lembut sambil mengusap rambut Difa. Yang lebih kecil hanya menggeleng. Dia tidak ingin memberitahu Kai alasannya. Dia takut pemuda itu marah.

“Gapapa, cerita aja,” ucap Kai lagi dengan sabar. Punya pacar kayak Difa itu gampang-gampang susah. Gampang diajak so sweet berdua, gampang diajak berantem, susah baikannya.

“Kamu jangan marah, ya,” gumamnya pelan. Suaranya terbenam di dada Kai. Pemuda itu hanya menggumam mengiyakan. ‘Apasih yang nggak buat kamu Dif?!’ Pekik pemuda itu pelan dalam hati dengan wajah berbunga. Akhirnya gadisnya memakai ‘aku-kamu’ setelah bersikap dingin dan kembali memakai ‘gue-elu’! Hati Kai rasanya berbunga-bunga.

“Aku… aku cemburu, habis, kamu deket banget sama murid pindahan itu sih… siapa namanya? Yasmin, ya? Ah, pokoknya itu lah! Aku kesel, habis kamu lebih peduli sama si Yasmin itu daripada sama aku. Diajak ke kantin gamau, ditanyain soal susah dicuekin, dimintain tolong dikacangin, aku kan jadi merasa dilupain,” gumam Difa kesal. Kai tersenyum geli mendengarnya. Rupanya dia cemburu pemirsah! Kai tidak bisa menahan kekehannya. Ternyata memang ada kesalahpahaman di antara mereka.

“Dif, menurutmu, Yasmin itu siapanya aku?” Tanya Kai sambil menarik kedua pipi Difa sampai memerah. Difa merengek kesakitan karena Kai mencubitnya dengan cukup keras.

“Temen kecilmu? Cinta pertamamu yang dulunya sebelahan rumahnya sama kamu, terus suatu hari dia pindah rumah?” Tebak Difa dengan wajah yakin. Kai menepuk jidat Difa pelan. Gadis itu hanya berkedip kaget. Kemudian tawa Kai terdengar menggema di ruangan itu.

“Ya ampun Difa! Yasmin itu sepupuku! Lagipula aku kan bilang ke kamu waktu itu, sepupuku yang namanya Yasmin mau pindah ke SMA kita! Dasar, kebanyakan nonton drama korea sih!” Difa memandang Kai bingung. Kemudian wajahnya menjadi kaget. Kemudian memerah malu. Seketika didorongnya Kai menjauh, kemudian dia berjongkok malu di lantai.

“AAAAARGH!!! AKU MALU BANGET!!!” Jerit Difa sambil menutupi wajahnya. Kai yang melihatnya tertawa geli. Kemudian dia duduk di samping Difa dan merangkulnya. Perlahan, Difa menjatuhkan tubuhnya dan duduk di samping Kai. Tepat pada saat itu, reff lagu yang Kai putar tadi mengalun. Kai menggoyangkan tubuhnya seirama lagu itu, kemudian dia membuka mulutnya.

“I’m gonna love you, like I’m gonna lose you, I’m gonna hold you, like I’m saying goodbye…” nyanyinya pelan. Difa tersenyum mendengarnya. Dilingkarkan tangannya di pinggang Kai, dan dibenamkannya wajahnya di dada bidang Kai.

“Kai, kok kamu bisa nemuin aku di sini? Aku kan gak bilang siapa-siapa kalau mau ke sini,” tanya Difa bingung. Kai hanya tersenyum sambil mendekap Difa semakin erat.

“Aku tau, soalnya kalau kamu banyak pikiran, pasti kamu ke sini, atau ke lapangan tembak, masang fotoku di target, terus kamu jadiin target panah.” Kata Kai sambil terkekeh. Difa memukul bahu Kai dengan kesal.

“Aduh! Kok dipukul sih?! Kan emang biasanya begitu?” Pekik Kai kaget. Difa hanya tertawa geli.

“Oh iya dip, tadi pagi aku ngucapin selamat ulang tahun lewat bbm kamu gak baca?” Tanya Kai yang tiba-tiba teringat. Difa mengerutkan dahinya bingung.

“BBM? Kan aku udah bilang ke kamu kalo BBM aku ku-uninstall? Eh, tunggu, emangnya hari ini aku ulang tahun ya?” Tanya Difa bingung. Kai mengedipkan matanya kaget.

“KAMU UNINSTALL BBM??” Pekiknya kaget. Difa melompat kaget mendengar pekikan Kai.

“Kan aku udah bilang!” Seru Difa setengah berteriak. Kesalnya punya pacar macam Kai. Baru dibilang kemarin kalau dia uninstall BBM, besoknya sudah lupa.

“Tunggu, kamu lupa kalau hari ini kamu ulang tahun?” Tanya Kai mendadak teringat pertanyaan Difa. Difa mengerutkan dahinya bingung.

“Emangnya aku hari ini ulang tahun? Bukannya masih lama?” Tanya Difa bingung. Kai menepuk jidatnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian dia meraih ranselnya dan mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang berpita.

“Selamat ulang tahun, Difa sayang. Semoga kamu makin cantik, sehat selalu, dan tetap menjadi yang nomor satu di hatiku! I love you like a love song baby!” Seru Kai sambil memberikan kotak berpita tadi. Difa hanya bisa tersenyum malu sambil menerima kotak itu. Ditepuknya pundak Kai pelan karena malu, kemudian berguling-guling menjauh sambil menutup wajahnya karena malu. Kai tertawa melihatnya, kemudian merentangkan tangannya.

“Sini peluk oppa!” Seru Kai tersenyum lebar.

“Oppa ndasmu!” Seru Difa, tapi dia tetap memeluk Kai dengan erat. Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka.

“Selamat, ulang ta- eh, tunggu! Tunggu!” Seru Marfa, teman Difa dan Kai dari depan pintu. Di belakangnya terlihat Hasan, atau yang biasa dipanggil Chan, kemudian ada Yasmin, dan juga sepupu Kai, Husein, yang lebih suka dipanggil Chen, karena wajahnya seperti orang cina, meskipun aslinya orang Jawa.

“Ada apa, Mar?” Tanya Chan mendadak ngerem. Tangannya mengangkat kue yang hampir saja menabrak Marfa yang hanya tiga-perempat tinggi tubuh Hasan. Mendadak Marfa balik badan, lalu mendorong Hasan, Husein, dan Yasmin keluar dari ruang latihan itu.

“Maaf ganggu, silakan lanjutkan! Chan, Chen, Min, ayo keluar dulu! Jangan ganggu mereka! Kita salah momen!” Cicit Marfa sambil berusaha mendorong tiga orang yang lebih tinggi darinya ke luar. Seketika Marfa disambit dengan sepatu Kai.

“Apa-apaan sih lo!” Teriak Kai dengan kesal. Yang disambit hanya berjongkok sambil meringis memegangi kepalanya. Hasan hanya mengelus kepala Marfa yang sepertinya benjol.

“Selamaat ulang tahuuun kami ucapkaaan…” Husein menyanyi tiba-tiba dengan suara cemprengnya. Yasmin ikut bernyanyi dengan suara yang tidak semenyakitkan suara Husein. Akhirnya Hasan dan Marfa ikut bernyanyi juga meskipun sekarang Hasan memasang wajah panik karena lilin di atas kue ulangtahun yang dipegangnya mulai meleleh. Tapi dia menjadi lega setelah Difa meniup lilinnya.

“Wah, makasih Mar, Chan, Chen! Bahkan Kai gak ngasih kue dan gak nyanyi!” Seru Difa dengan bahagia. Kai hanya tersenyum masam mendengarnya. Tidak lama kemudian Difa menyadari keberadaan Yasmin. Dia hanya bisa berdiri dengan kikuk, sesekali melirik Kai meminta tolong.

“Liat, noh, si Dipa malu-malu anjing!” Bisik Husein ke Hasan dan Marfa. Marfa melotot kaget mendengarnya sementara Hasan sudah ngakak sambil salto(?) tiga kali sambil menggonggong. Tunggu, sebenernya yang anjing itu Hasan, apa Difa? Mungkin Hasan lebih cocok.

“Selamat ulang tahun ya Dif, maaf kita telat kenalan, aku sepupunya Kai dari Bandung, namaku Yasmin, mukaku sama Kai gak begitu mirip, soalnya Kai kan emang ada campuran Korea apa Jepang, gitu, dari pihak ibunya, aku juga gak mirip sama Husein soalnya ayahnya kan keturunan Cina. Kai sering cerita tentang kamu, katanya kamu pacar terbaik di dunia,” kata Yasmin menjelaskan sambil tersenyum. Difa mengangguk sambil memaksakan senyum meskipun sekarang dia sangat malu. Sementara Kai malu-malu anjing(?) karena Yasmin menceritakan bahwa dia bercerita tentang Difa kepada Yasmin

“Yas, maafin aku ya, aku sebenernya udah kenal kamu lama, cuma aku pikir kamu mantan pacarnya Kai atau sejenisnya, jadi, ya, gitu,” aku Difa malu sambil nyengir kuda. Yasmin menatapnya kaget, sementara di belakang tawa Marfa, Hasan, dan Husein meledak, bahkan sampai guling-guling.

“Hah? Kamu pikir aku apa?” Tanya Yasmin lagi dengan muka cengo. Kemudian dia tertawa geli. “Dif, Dif, aku mah gak napsu sama Kai! Kulit item bibir dower gitu mana suka aku!” Seru Yasmin sambil menepuk pundak Difa dengan (sedikit) kencang. Difa memandang Yasmin dengan pandangan antara kaget dan bingung.

“Enak aja! Ini bukan item tapi eksotis! Bibir gue itu seksi bukan dower!” Seru Kai tidak terima. Hasan membuat pose muntah mendengarnya.

“Suka-suka lo deh,” gumam Yasmin pelan dengan wajah bete. Semua yang ada di ruangan itu tertawa melihat mereka.

“Kalau begitu, kita temenan, kan?” Tanya Marfa sambil merangkul Difa dan Yasmin. Kai mendepak tangan Marfa dari bahu Difa.

“Pacar gue nih, jangan main rangkul ae dong,” katanya ketus. Marfa malah menggeplak kepala Kai.

“Gue cewek, pe’a! Gue kagak napsu sama cewek!” Seru Marfa sewot. Hasan tertawa geli melihatnya.

“Hoo, berarti kalau sama Chan, mau dong?” Tanya Husein menggoda. Sontak Hasan tersedak ludahnya sendiri. Marfa menatap Husein tidak terima.

“Heh! Bebek! Diem aja lo!” Gerutu Hasan kesal. Yasmin dan Difa tertawa melihat kelakuan mereka semua. Diam-diam Marfa tersenyum melihat Yasmin dan Difa yang sudah terlihat dekat.

“Yosh! Berarti, tertanda hari ini, kita berteman!” Seru Marfa senang. Difa, Yasmin, Kai, Hasan, dan Husein bertepuk tangan dengan senang. Kemudian dilanjutkan dengan perayaan ulangtahun yang sebenarnya. Dengan kue yang sudah hampir terlupakan.

Setelah perayaan kecil-kecilan di ruang latihan dan pemberian kado dengan kado Hasan, Husein, dan Marfa disatukan karena mereka patungan, akhirnya mereka pergi karena ingin makan-makan di luar. Difa yang (akhirnya) sudah berganti baju, berjalan ke luar gedung agak belakangan. Yasmin, Marfa, Hasan, dan Husein sudah berjalan lebih dulu sambil mengobrol seru. Kemudian dilihatnya Kai bersandar ke tembok di samping pintu, menunggu Difa yang baru keluar sambil membawa kado dari Hasan, Husein, dan Marfa, juga kado dari Yasmin.

“Ngapain kamu berdiri di situ? Mau sok keren?” Tanya Difa sambil memandang Kai aneh. Kai hanya mendengus mendengarnya.

“Emangnya gaboleh, nungguin pacar sendiri?” Tanya Kai sambil mengeluarkan smirk-nya. Difa hanya mendengus geli sambil memutar matanya jengah.

“Dasar, kamu ini,” kata Difa sambil tersenyum. Dia hanya diam saja saat Kai menggandeng tangannya. Kemudian dia merasakan Kai menyelipkan sesuatu di jarinya. Dia melirik ke bawah untuk melihatnya. Dia melihat sebuah benda berkilau berwarna keperakan melingkari jarinya. Matanya terbelalak melihat benda itu.

“Kamu suka?” Tanya Kai menggenggam tangan Difa lembut. Difa masih terpaku menatap cincin itu. Meskipun kelihatannya itu adalah salah satu koleksi kerajinan perak milik ibu Kai, dan meskipun Difa tahu, batu permata yang terpasang di cincinnya adalah imitasi, dia tetap merasa terhura-eh, maksudnya terharu.

“Kai ini…” Difa tidak bisa berkata-kata. “Kamu nyolong koleksi kerajinan perak solo ibumu ya?” Kai hampir jatuh mendengar pertanyaan Difa.

“Bukan dif, itu aku beli pake duit sendiri! Kebetulan aja ada penjual batu akik yang jual cincin buat cewek dengan harga murah di toko online, jadi aku beli deh,” ungkap Kai dengan jujur. Difa tergerak dan menjilat batu berkilau yang ada di cincin itu.

“Kok gak manis?” Tanya Difa bingung. Kai mendengus kesal.

“Kamu pikir permen Fox hah?!” Seru Kai kesal. Difa hanya tertawa, kemudian memeluk pinggang Kai.

“Iya, iya, aku percaya!” Seru Difa sambil tertawa.

“Woi! Yang di belakang! Jangan pacaran mulu! Kasian yang masih jomblo neh!!” Seru Hasan cukup nyaring. Husein menatapnya dengan tatapan kesal karena yang menjomblo hanya dia di situ.

“Lu ngomong enak, Chan, lu kan punya Marfa! Yasmin juga punya pacar di sebrang laut sana!” Seru Husein kesal. Marfa melotot mendengarnya.

“Maksudnya apa? Gue gak merasa dimiliki siapapun! Gue ini masih Lone Ranger yak!” Pekik Marfa kesal. Hasan hanya tertawa mendengarnya sambil merangkul pundak Marfa yang langsung ditepis oleh gadis yang tubuhnya jauh lebih pendek itu dengan wajah semerah kepiting. Sementara Yasmin diam-diam pundung karena teringat kekasihnya yang sedang mengayom pendidikan di negri sebrang alias LDR-an.

“Iya! Iya sebentar! Makanya lu cari pacar dong Chen!” Balas Kai sambil tertawa. Diliriknya Difa yang masih memandangi cincin itu, seperti memastikan bahwa itu bukan permen penyegar mulut.

“Chen, gue punya temen, noh, namanya Ipeh, lu mau kagak?” Tanya Marfa sambil memasang wajah jahilnya.

“Weits! Syaripeh kakaknya Dio?! Jangan Mar! Kasian si Chen! Si Dio aja matanya udah kayak mau keluar gitu gara-gara punya kakak kayak dia! Ntar bisa-bisa si Chen jadi belo!” Seru Kai sambil tertawa. Tangannya menarik tangan Difa dengan lembut. Difa memandang wajah Kai yang terkena sinar matahari senjakala. Diam-diam dia berbisik di dalam hatinya.

“I love you like a love song, baby, and I’ll repeat you all over,” batin Difa sambil tersenyum. Kemudian dilihatnya Kai menatap matanya, kemudian dia mencuri ciuman kilat dari pipi Difa.

“Love you too babe,” Kai tersenyum jahil, kemudian berjalan mendahului Difa yang masih kaget sambil memegangi pipinya. Kemudian akhirnya otak Difa berhasil me-load apa yang terjadi. Wajahnya langsung semerah udang rebus.

“YAK!! KAI!! KEMARI KAU!!”

-END

GYAAAAA!!!! SELESAINYA LEBIH LAMA DARI SEHARUSNYA!!! INI NAMANYA KADO ULANGTAHUN TELAT!!! UGYAAAA!!! HAPPY-BELATED-BIRTHDAY DIFAAAA!!! MAAFKAN TEMANMU INI YANG TERLALU SERING MANDEK!!!! HUAAAAAA!!! MAAFKAN AKU DIFAAAAA!!!! SELAMAT ULANG TAHUN!!! SEMOGA UTS-NYA NILAIMU BAGUUUS!!! AAMIIN… ah, maaf, capslock jebol, lupa dimatiin. Yasudah, sampai jumpa lain kali! Babai! OH IYA HAMPIR LUPA!!! Ada copyright untuk sebaris-duabaris kalimat di atas! ‘Malu-malu anjing’ aslinya berasal dari kalimat spontan dari Yasmin yang asli, maksud saya, Yasmin teman saya yang asli, model dari tokoh Yasmin di sini.

Depok, (seharusnya 22 September) 6 Oktober 2015

Takoparfait

One comment

  1. aismith1301 · February 7, 2016

    Marpa folback aku yo :3
    Kamu tau kan aku siapa~

    Liked by 1 person

Leave a comment